"25 dan JODOH"


“Kamu sudah menikah?”

“Kamu kapan menikah?”

“Kamu kan sudah bekerja, sudah cocok menikah”

“Ayolaah kapan giliran kamu ngundang, kodangan mulu”

 “Ngobrolnya sama kucing mulu, nikah gih biar ada temen ngobrol”

Demikian kalimat yang sering diontarkan oleh orang-orang di sekitarku. Apakah aku merasakan pilu, kepikiran, resah dan gelisah? Hahaha pastilah. Aku masih manusia biasa yang alhamdulillah hatinya ciptaan tuhan seandainya hati ini ciptaan manusia udh retak dan hancur dari dulu.

Mengenai jodoh, memang sudah seharusnya sebagai manusia kita mengusahakan yang terbaik. Karena jodoh merupakan rejeki yang diusahakan. Namun bila kenyataan jodoh belum hadir juga, apakah ada yang salah? Apakah usahaku belum maksimal? Usaha apa lagi yang harusnya aku lakukan?

Bukan karena aku menutup diri, bukaan... aku sudah berusaha membuka hati, namun apa daya yang kutemui bukan dia yang punya nyali besar untuk menghalalkan hubungan, namun masih dia yang mengumbar janji ini itu. janji-janji yang sudah tidak layak dikonsumsi oleh aku diusiaku yang sekarang. Tapi ada juga yang kami saling tertarik, namun karena beberapa dan lain hal orangtuaku tidak merestui kami.

Berbicara tentang usia, Iyaa.. yang di atas itu usiaku, “25” tahun. Usia yang  dikategorikan ideal untuk menikah. Usia dimana banyak alarm dari kiri kanan depan belakang yang mengingatkanku tentang pernikahan, mengapa aku bilang mengingatkan? Karena ya hanya bertanya tanpa memberikan solusi. Solusi semisal membiayai kantering makanan saat acara pernikahanku, atau bisa juga membiayai sewa gedung atau teratak atau bahkan memberikan kandidat yang bisa menjadi jodohku.

Tapi apa pantas aku terus-terusan mengeluh dengan seluruh nikmat dari tuhanku? Aku malu untuk terus mengeluh mengingat betapa banyak nikmat yang tuhanku berikan. Mulai dari orangtua  yang masih lengkap, bangun pagi dengan masih bisa menghirup oksigen gratis dari tuhan, makan dengan baik, pendidikan yang baik, keluarga dan sahabat yang baik, sampai dengan pekerjaan yang baik.

Sepertinya aku harus terus melihat kebawah, dimana mereka memang dimudahkan jodohnya tapi tidak dengan pekerjaannya, ada juga yang dimudahkan jodoh dan pekerjaan tapi tidak dengan keturunannya dan banyak case lainnya yang terjadi yang harusnya selalu bisa aku ambil baiknya. Masih banyak yang harus aku perbaiki untuk menjadi hamba Allah yang lebih baik lagi. Hamba yang lebih taat yang hanya menggantungkan harapannya kepada Rabbnya.

Bukankah tuhanku sudah berjanji “ sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim .7)”

Janji siapa lain yang lebih tepat dari Rabb-ku?


Komentar

  1. Duhai dzat pembolak balik hati...
    Rapat dan satukan kakakkuu dengan yang terbaik dalam waktu segera..
    Aamiin Allaahumma Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer