ANAK PESANTREN



Berbicara tentang pesantren... Tanpa bermaksud menggurui, ini hanya opini dari sudut pandangku..
Ada banyak komentar yg selalu terngiang di telingaku tentang anak lulusan pesantren.
Ada yg bilang : "Soleh/Solehah banget anaknya yaa, Oo jelas.. anak pesantren", "baik budi ya anak ibu A, lulusan pesantren ya?"

Tpi tidak sedikit yg berkomentar : " itulah, anak dimasukkan ke pesantren. Keluar jadi liar, kayak anak ayam baru keluar kandang ya liar kali", " percuma pesantren tapi..." 
Dll...

Ada benarnya.. 
Tapi, sebelum mereka berkomentar. Apakah pernah terpikirkan oleh mereka mengapa bisa begitu? mengapa 2 orang anak, yg tamat dari pesantren yg sama memiliki perilaku yg berbeda? 
Akan sangat egois jika kita hanya berkomentar negatif tanpa memberikan solusi. 
Apa mereka tau, bagaimana kehidupan di dalam dan di luar pesantren yg ia dapatkan? 
Bagaimana orangtua dan guru mendidik mereka?
Apakah orangtua dan pesantren saling membantu dalam mewujudkan visi misi?
Apakah anak itu benar² mengerti konsep kehidupan yg diharapkan?
Apakah hasil yg diharapkan orangtua dan pesantren sama? 
Karena tidak jarang, orangtua yang sudah memasukkan anaknya ke pesantren tapi malah mendukung untuk melanggar peraturan yang diterapkan. Loh kok ada? Iyaa ada.. seperti membawa kabur anaknya diam-diam atau memberikan fasilitas yang dilarang oleh pesantren.
Rasanya akan sangat kejam jika kita hanya menyalahkan salah satu pihak dan mengeklaim negatif mereka.

Ada banyak alasan santri dan santriwati tidak betah di pesantren:
Ada yang pelajarannya susah
Ada yang karena ketatnya peraturan
Ada yang makanannya tidak enak
Ada yang merasa tidak bebas
Ada yang tidak terbiasa dengan kesederhanaan
Ada yang karena sakit
Ada yang karena tidak betah jadi sakit-sakitan

Dll kasusnya..

Dan coba kita urai apa yang menyebabkan santri dan santriwati betah di pesantren :
"Apakah hanya kebalikan dari ketidak betahan yang diuraikan di atas?"
Oh tidak, karena teman-temanku dulu banyak yang betah karena di rumahnya tidak nyaman, banyak peraturan alot dan beberapa orang lainnya karena menemukan hobby mereka, meskipun nilai pelajarannya pas-pasan.

Dulu.. aku juga tidak selalu betah di pesantren, bukan karena aku tidak bisa mengikuti pelajaran, tetapi karena aku merasa tidak nyaman. Lebih nyaman di luar pesantren daripada di dalam. dengan segudang peraturan yang ketika di rumah tidak aku dapatkan. 
Setelah difikir.. mungkin bukan pesantren nya yang salah, tapi konsep yang aku miliki tentang pesantren yang salah. Visi misi kehidupan di rumah dan di pesantren yang berbeda. Makanya aku jadi menganggap pesantren bukanlah tempat yang nyaman.

Banyak loh orangtua yg memasukkan anaknya ke pesantren karena tidak sanggup menghadapi kenakalan anaknya di rumah. Maka jadilah pesantren itu dianggap oleh orangtua sebagai: baby sitter bahkan BENGKEL, tempat mengasuh, memperbaiki apa-apa yg salah tanpa mau menggali sebenarnya kenapa bisa timbul kesalahan tersebut.
Teringat dulu guruku selalu mengingatkan di setiap khutbatul Arsy  "Pesantren itu bukan bengkel manusia" 
Maka ketika anaknya tidak berubah menjadi lebih baik, orangtua/masyarakat malah menjelek-jelekkan pesantren. Seakan pesantren itu tidak kompeten dalam memperbaiki akhlak anak yang rusak. 
Namun pernahkan terpikir oleh orangtua/masyarakat tersebut bahwa mereka yang telah salah mendidik anaknya pada awal masa pertumbuhannya? Atau pernahkah berpikir, apakah mereka paham betul dgn visi misi pesantren dan apakah mereka mensupport dan bersinergi untuk ketercapaiannya?
Atau orangtua hanya terima bersih dgn mengandalkan uang kiriman setiap bulannya?
Namun juga ada anak yg berubah, setelah dia mendapatkan pelajaran yg membuatnya menjadi dewasa disana atau Krn keuletan gurunya dalam mendidik.

Ada juga kok orangtua yg memasukkan anaknya ke pesantren Krn ingin anaknya mempelajari apa yg tdk bisa orangtua ajarkan. Pelajaran agama yg lebih dalam. Dgn konsep yg benar tentang pesantren dan kesamaan antara orngtua dgn pesantren dalam visi misi mendidik anaknya.
Maka tak heran, ketika tamat anak² yg keluar dari sana benar² patut diacungi jempol dan bisa menjadi suri tauladan bagi masyarakat sekitarnya.

Karenanya, sebelum menyalahkan pihak manapun atas kekurangan anakmu, adikmu, keluargamu. Ada baiknya instrospeksi diri sendiri.
Konsep kehidupan seperti apa yg ingin diterapkan kpd anak anda, dan jgn bergantung kepada orng lain atau lembaga dalam mewujudkannya. Sesuaikan konsep, tanamkan dalam diri anak dan cari lembaga pendidikan mana yg pas untuk visi misi anda.  Iringi juga dgn doa dan jgn lupa berilah anak anda makanan yg halal.





Komentar

Postingan Populer