Hilang Gairah

"ibuuukk dia mencarot buuk"

"buuuk nomor 5 jawabannya ada dibuku kan buuuuk?"

"Buuuk banyak kali nulisnya buuukkk"

"buuukk kita menggambar aja kenapa buuukkk"

Gemuruh suara dari anak-anak yang sedang lesu gairah belajarnya. Ada yang hanya celengak-celengok memperhatikan tingkah teman sebayanya, ada juga satu dua anak yg mau menulis tanpa membantah. Tetapi hari ini, banyak anak yang hilang gairah belajarnya. 

Hujan menjadi salah satu kambing hitam keadaan saat ini, tidak ada fokus dalam mendengarkan penjelasan, tangan dan mata sibuk memperhatikan dan melakukan hal lain. Guru ibarat menekin usang yang sedang bergerak-gerak. Tidak menarik!

Memang, sejak wabah covid merebak dan sekolah sempat diliburkan, fokus siswa menjadi terpecah. Karena terbiasa di rumah tanpa belajar dan hanya bermain. Bukan tidak ada tugas dari sekolah, tetapi orangtua mereka tidak mau repot dengan mengajari anak-anaknya sehingga jadilah tugas itu tugas "orangtua" bukan anaknya.

"Buk, kok lama kali pulangnya? Kami mau main free fire!" Celoteh salah seorang anak sambil memainkan penggaris berwarna biru pudar. 

Habis gaya dan media yang disajikan guru untuk menarik perhatian siswanya, namun berujung satu dua orang saja yang tertarik untuk menyambung pelajaran. Kelas menjadi tidak kondusif. 

Kelas menjadi hilang gairah belajarnya, yang tersisa hanya keributan.

Ibu guru berjalan dengan menahan perasaan ingin marah dan lelah, mengambil tong air yang kosong dan sebatang kayu.

Tiba-tiba masuk dan mengetok keras tong air.

Semuanya terdiam, semuanya terpelongo melihat gurunya yang dengan semangatnya mengetok-ngetok tong air. Semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing. Untuk sejenak Bu guru bisa menguasai kelas yang tadinya luar biasa tidak kondusifnya.

"Kalian dengar suara tong yang ibu ketok barusan?"

serempak siswa menjawab "Dengaaaarr"

"Besar suaranya?"  Tanya Bu guru

"Besar Buu.." 

"Coba sekarang Azam kamu isi tong ini dengan air, Harus penuh!!" Titah Bu guru

Azam si siswa paling tidak kooperatif hari inipun dengan terpelongo bergerak dan mengisi tong air hingga penuh. Kemudian diserahkannya kembali ke ibu guru.

Siswa lainnya menunjukkan tatapan khawatir, mewaspadai kalau-kalau nantinya ibu guru akan menyiram mereka dengan air dari tong tersebut.

Tiba-tiba tong diketok lagi dengan kuatnya oleh Bu guru, tapi suara yang dikeluarkan tidak senyaring sebelumnya.

"Kalian dengar suara tong yang ibu ketok?"

"Dengar Buu.. " jawab seluruh siswa

"Apakah sebesar suara sebelumnya?"

"Tidak Bu... Ini lebih kecil" jawab mereka

" Nah, inilah perumpamaan kalian hari ini. Kalian hari ini seperti tong kosong yang belum diisi air, NYARING BUNYINYA (Penuh penekanan). Beda kalau hari ini kalian berisi dan memang mau mengisi diri dengan ilmu, maka kalian akan tidak senyaring tong kosong tadi."

"Hari ini kalian isi hanya dengan mengantuk dan terus mengeluh, tanpa mau belajar seperti biasanya" lanjut Bu guru

"Jangan jadikan diri kalian seperti tong kosong, yang bila diketok nyaring bunyinya. Tapi isilah hati dan otak kalian dengan ilmu dan pemahaman, agar kalian tidak sembarangan berkata."

"Tapi saya ngantuk buuuk, diluar hujan" sahut siswa paling belakang.

"Kita tidak bisa melarang hujan turun nak, tapi kita bisa tentukan sikap apa yg bisa kita ambil dalam menghadapinya". 

Kelas pun kembali hening.

"Ayo, sekarang semuanya keluar dan cuci muka! Kita harus mulai belajar lagi" perintah Bu guru

Satu persatu siswa keluar mencuci muka  dan pembelajaranpun dimulai, meski masih ada yg terpaksa.


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer