Ibuku dan Usianya

Usia bertambah, keriput di wajahnya juga mulai menunjukkan bilangan usia yang tak lagi muda. Rambutnya yang semakin banyak memutih diselingi warna inai merah yang kadang lepek, karena lama ditutupi jilbab.Tubuh yang lebih sering merasa letih dibanding bugar. Kulit yang dulunya putih bersih telah banyak timbul pigmentasi penuaan. Anak-anak satu persatu telah menamatkan pendidikannya dan memasuki dunia pekerjaan. 58 tahun adalah usia yang menurutku sangat tua (15 Juni 1964-2022).

Beliau ibuku, si Maasyaa Allah agamais, si gesit, si cepat, si serba bisa  meski sering ngomel ke anak-anaknya. Diusianya yang sekarang ini beliau masih terus mendedikasikan dirinya untuk keluarga kami. Memenuhi setiap apa yang dibutuhkan anak dan suami. Menyiapkan makanan, pakaian, merawat tanaman, membersihkan rumah bahkan masih sanggup mengelilingi kota demi mencarikan keinginan anak-anaknya. 

Bukan, bukan kami yang meminta, ibuku lah yang menawarkan diri mencari,  maka tak heran ibuku sedari kecil dijuluki "Menteri Luar Rumah". Segala urusan rumah dan mengurus adik-adik beliau limpahkan ke adik nomor 2 dan tugasnya lah mencari apa-apa yang kurang di rumah. 

Mak cik  dan para nenek juga sering cerita tentang kehebohan masa kecil ibuku, tentang bagaimana energik nya beliau, yang tak jarang tiba-tiba pulang membawa piala hasil lomba yang bahkan satu rumah tak tau kapan dipersiapkan. 

Yap, beliau itu ibuku ! 

Manusia yang paling simpel, dan maunya serba cepat. 

Karena ibuku lebih suka explore dunia luar rumah mencari hal apa yang menggugah hatinya. Bisa makanan, bunga beli atau diberi tetangga, pernak pernik baru yang tak jarang menjadi bahan geleng-geleng kepala bapakku. 

Ditutupi kehidupannya yang simpel dan sederhana itu, aku sangat tau bahwa beliau memiliki keinginan yang kuat dan banyak tentang dunia ini. Tentang materi apa yang belum diraih, tentang pendidikan yang belum dirasakannya, tentang tempat yang belum sampai  beliau cecah kan kakinya. 

Seluruh keinginan yang tak tersebutkan namun senantiasa tersirat itu yang diredam demi memberikan pendidikan terbaik untuk kami anaknya. Karena puasanya dari nikmat-nikmat itulah kami bisa mengenyam pendidikan di sekolah yang bagus, dengan fasilitas bagus dan dididik oleh guru-guru super. 

Milyaran Kata terima kasih tak akan pernah cukup membayar jasanya. Sekalipun aku bertukar nyawa. Rasanya aku belum mampu membayar jasanya. 

Jasa ibu yang sering aku jawab tiap repetannya, jasa ibu yang sering aku bete-in karena kepo (menurutku) padahal aslinya super khawatir tentang anaknya, meski merepet tapi tetap merawat aku dan adik-adikku yang manja. 

Triliunan kata maaf tak akan cukup untuk menguraikan satu persatu kesalahanku kepada beliau. 

Ibuku, guruku, pahlawanku, surgaku meski aku tak piawai dalam berkata manis, tapi aku sangat teramat mencintaimu. 

Semoga Allah selalu sayang dan cinta kepadamu, Happy Birthday Ibuku ❤ (15 Juni 1964-2022) 

Komentar

  1. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan usia serta rezeki untuk Ibunda.. Kerennn sekali blog bu wasi❤️

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer